Suleiman Al-Obeid: Legenda Sepak Bola Palestina Tewas Dibunuh Tentara Israel
ElangSportID – Gaza – Dunia sepak bola Palestina berduka atas kepergian Suleiman Al-Obeid, mantan kapten tim nasional Palestina yang dijuluki "Pelé Palestina." Pemain berusia 41 tahun ini tewas pada Rabu, 6 Agustus 2025, akibat serangan militer Israel saat sedang mengantre bantuan kemanusiaan di Gaza selatan, menurut pernyataan resmi dari Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).
Karier Gemilang di Lapangan Hijau
Suleiman Al-Obeid, yang dikenal dengan julukan "Gazelle" dan "Black Pearl," adalah salah satu bintang terbesar dalam sejarah sepak bola Palestina. Lahir di Gaza City pada 24 Maret 1984, ia memulai kariernya di klub Khadamat Al-Shati sebelum bergabung dengan Al-Amari Youth Center di Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak 1967.
Selama kariernya yang panjang, Al-Obeid mencetak lebih dari 100 gol, menjadikannya salah satu penyerang dan gelandang serang paling berbakat di Liga Gaza.
Al-Obeid memulai debutnya untuk tim nasional Palestina pada 2007, mengenakan seragam Al-Fida’i dalam 24 pertandingan internasional dan mencetak dua gol. Salah satu momen paling ikonis dalam kariernya adalah tendangan gunting spektakulernya melawan Yaman pada Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.
Ia juga memimpin Al-Amari Youth Center meraih gelar juara pada musim perdana Liga Profesional Palestina 2010-2011 dan menjadi top skor Liga Gaza pada musim 2015-2016 serta 2016-2017.
Bahkan di usia 39 tahun, Al-Obeid masih aktif bermain sepak bola hingga Oktober 2023, menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap olahraga yang dicintainya.
Namun, kariernya tidak luput dari tantangan akibat situasi politik di Palestina. Pada 2010, ia termasuk di antara enam pemain tim nasional dari Gaza yang dilarang melintas di perbatasan Yordania untuk pertandingan persahabatan di Mauritania karena alasan "keamanan" oleh otoritas Israel.
"Saya sangat kecewa karena setiap atlet bermimpi mengenakan seragam nasional di forum internasional," ujar Al-Obeid kepada AFP saat itu.
Tragedi di Tengah Krisis Kemanusiaan
Menurut PFA, Al-Obeid tewas saat menunggu bantuan kemanusiaan di dekat pusat distribusi di Gaza selatan. Serangan tersebut menargetkan warga sipil yang sedang mengantre untuk mendapatkan makanan di tengah krisis kelaparan yang melanda wilayah tersebut.
Kantor HAM PBB melaporkan bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina tewas saat mencoba mengakses bantuan makanan sejak Mei 2025 akibat pembatasan ketat Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan.
Kematian Al-Obeid menambah daftar panjang korban dari komunitas olahraga Palestina. PFA mencatat bahwa sejak Oktober 2023, setidaknya 662 atlet dan keluarga mereka telah tewas, termasuk 421 pesepakbola, di mana hampir setengahnya adalah anak-anak.
Selain itu, 288 fasilitas olahraga, termasuk markas PFA di Gaza, telah rusak atau hancur akibat serangan Israel.
Reaksi Dunia Sepak Bola
Kabar kematian Al-Obeid memicu gelombang duka dan kemarahan di kalangan komunitas sepak bola global. UEFA, dalam pernyataannya di X, mengenang Al-Obeid sebagai "bakat yang memberi harapan bagi banyak anak-anak, bahkan di masa tergelap." Namun, UEFA mendapat kritik karena tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Al-Obeid tewas akibat serangan Israel, sebuah keputusan yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai "propaganda dengan pengabaian."
Sejumlah tokoh sepak bola, termasuk bintang Mesir Mohamed Salah, turut menyampaikan belasungkawa melalui media sosial, menyebut Al-Obeid sebagai "pahlawan di dalam dan di luar lapangan." PFA sendiri menyerukan badan-badan olahraga internasional, termasuk FIFA, untuk mengambil sikap atas kekerasan yang menargetkan atlet Palestina.
Warisan Seorang Legenda
Suleiman Al-Obeid meninggalkan istri dan lima anak—dua putra dan tiga putri. Ia dikenang tidak hanya sebagai legenda sepak bola, tetapi juga sebagai simbol perjuangan dan ketahanan rakyat Palestina di tengah pendudukan dan konflik berkepanjangan.
Kematiannya menjadi pengingat tragis akan dampak perang terhadap warga sipil, termasuk mereka yang telah menginspirasi jutaan orang melalui bakat dan semangat mereka.
Dengan Gaza masih terperangkap dalam krisis kemanusiaan, termasuk ancaman kelaparan dan kehancuran infrastruktur, kisah Al-Obeid menyoroti kebutuhan mendesak akan perlindungan bagi warga sipil dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Dunia sepak bola, dan masyarakat global, kini kehilangan seorang ikon yang tidak hanya berjuang di lapangan, tetapi juga untuk martabat dan kebebasan bangsanya.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Dengan berkomentar, Anda setuju untuk mematuhi aturan ini.